TRENDING

Entertainment

Famous Posts

Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Riau

Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Riau

Image Post

Business

Sabtu, 09 Mei 2015

SEJARAH KEBANGKITAN NASIONAL


Kebangkitan nasional adalah masa di mana bangkitnya rasa dan semangat persatuan, kesatuan dan nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia yang sebelumnya tidak pernah muncul selama masa penjajahan. Dalam masa ini muncul sekelompok masyarakat Indonesia yang menginginkan adanya perubahan karena penindasan dan penjajahan. Kebangkitan nasional Indonesia ditandai dengan berdirinya organisasi Budi Utomo. Tanggal 20 Mei 1908 adalah hari lahirnya organisasi sosial pertama di Indonesia, Budi Utomo. Tanggal kelahiran Budi Utomo dianggap sebagai mulainya kebangkitan nasional karena menggunakan strategi perjuangan yang baru dan berbeda dengan perjuangan sebelumnya.
Perjuangan sebelumnya ada kelemahannya karena:
  1. Perlawanan secara sporadis dan tidak serentak.
  2. Perlawanan dipimpin oleh pimpinan karismatik sehingga tidak ada yang melanjutkan.
  3. Sebelum masa 1908 perlawanan menggunakan kekerasan senjata.
  4. Para pejuang di adu domba oleh penjajah.
Perjuangan bangsa Indonesia setelah tahun 1908:
  1. Perjuangan dilakukan dengan menggunakan organisasi, bukan menggunakan kekerasan.
  2. Para pemimpin berasal dari kaum intelektual, bukan raja atau sultan.
  3. Rasa persatuan dan kebangsaan sudah mulai tumbuh. Perjuangan tidak bersifat kedaerahan lagi.
Keberadaan Budi Utomo tidak bisa dilepaskan dengan adanya politik etis dari pemerintah kolonial Belanda. Program Tanam Paksa (Cultuur Stelsel) mampu mengatasi kekosongan kas Belanda. Orang Indonesia berjasa dalam pemulihan perekonomian negeri Belanda. Van Deventer berpendapat jika kebaikan budi harus dibayarkan kembali derngan peningkatan kesejahteraan rakyat. Salah satu dari balas budi tersebut melalui edukasi atau pendidikan. Pemerintah Belanda membuat program politik etis khususnya dalam bidang edukasi. Adanya politik etis dalam bidang edukasi bermunculan kaum intelektual pribumi. Kaum intelektual inilah yang menjadikan adanya pembaharuan dalam mewujudkan cita-cita kebangsaan yang direalisasikan melalui bentuk pergerakan modern yang disebut sebagai pergerakan nasional.
II. Budi Utomo
Dalam penerapan politik etis terkandung di dalamnya usaha memajukan pengajaran dan pendidikan bagi generasi muda di Indonesia. Salah satu kendala dalam memajukan bidang pendidikan karena terbatasnya anggaran dana. Hal ini menimbulkan keprihatinan bagi dr.Wahidin Sudirohusodo sehingga melakukan kegiatan menghimpun dana dengan melakukan propaganda berkeliling di Jawa tahun 1906.
dr. Wahidin Sudirohusodo (1857-1917) merupakan pembangkit semangat organisasi Budi Utomo. Sebagai lulusan sekolah dokter Jawa di Weltvreden (sesudah tahun 1900 dinamakan STOVIA), ia merupakan salah satu tokoh intelektual yang berusaha memperjuangkan nasib bangsanya. Pada tahun 1901 dr. Wahidin Sudirohusodo menjadi direktur majalah Retnodhoemilah (Ratna yang berkilauan) yang diterbitkan dalam bahasa Jawa dan Melayu, yang dikhususkan untuk kalangan priyayi. Hal ini mencerminkan perhatian seorang priyayi terhadap masalah-masalah dan status golongan priyayi itu sendiri. Ia juga berusaha memperbaiki masyarakat Jawa melalui pendidikan Barat. Ia juga berusaha memperbaiki masyarakat Jawa melalui pendidikan barat. Beliau menghimpun beasiswa agar dapat memberikan pendidikan modern atau barat kepada golongan priyayi Jawa dengan mendirikan Studie Fonds atau Yayasan Beasiswa.
Ide dr. Wahidin Sudirohusodo selanjutnya menarik perhatian seorang mahasiswa School tot Opleiding voor Inlandsche Arsten (STOVIA) bernama Sutomo. Akhirnya Sutomo mendirikan sebuah organisasi yang bernama Budi Utomo. Budi Utomo merupakan organisasi modern pertama kali di Indonesia yang didirikan pada tanggal 20 Mei 1908. Corak baru yang diperkenalkan Budi Utomo adalah kesadaran lokal yang diformulasikan dalam wadah organisasi modern dalam arti bahwa organisasi ini mempunyai pemimpin, ideologi yang jelas, dan anggota.
Namun tidak semua golongan priyayi mendukung berdirinya Budi Utomo tersebut. Hal ini disebabkan kaum priyayi birokrasi dari golongan ningrat atau aristikrat mengadakan reaksi jika gerakan tersebut mengancam kedudukan kaum aristokrasi yang menginginkan situasi status quo, yaitu keadaan yang dapat menjamin kepentingan mereka. Gerakan kaum terpelajar tersebut akan membawa perubahan dalam struktur sosial sehingga kaum intelektual akan mengurangi ruang lingkup kekuasaan elite birokrasi. Meskipun kaum intelektual pada masa awal pergerakan nasional didominasi kaum priyayi, namun Budi Utomo dapatmembahayakan kedudukan kaum feodal konservatif terkait status sosialnya.
Program utama dari Budi Utomo adalah mengusahakan perbaikan pendidikan dan pengajaran. Programnya lebih bersifat sosial disebabkan saat itu belum dimungkinkan didirikannya organisasi politik karena adanya aturan  yang ketat dari pihak pemerintah Hindia Belanda. Disamping itu, pemerintah Hindia Belanda sedang melaksanakan program edukasi dari politik ethis sehingga terdapat kesesuaian kedua program.  Budi Utomo merupakan organisasi pelajar dengan para pelajar STOVIA sebagai intinya dengan gerakan awal jangkauannya hanya terbatas pada Jawa dan Madura. Jangkauan wilayah yang terbatas ini, menjadikan Budi Utomo dianggap sebagai organisasi yang bersifat kedaerahan, karena salah satu programnya berbunyi “ de harmonische ontwikkeling van land en volk van Jawa en Madura”  (kemajuan yang harmonis bagi nusa Jawa dan Madura). Dengan demikian, mencerminkan kesatuan administrasi kedua pulau tersebut yang mencakup juga masyarakat Sunda yang kebudayaannya mempunyai kaitan dengan Jawa meski yang dipakai sebagai bahasa resmi organisasi adalah bahasa Melayu. Budi Utomo tidak langsung terjun dalam lapangan politik praktis karena dalaam rangka strategi dan menyesuaikan dengan situasi dan kondisi pada waktu itu sehingga Budi Utomo lebih berorientasi kultural.
Pada tanggal 5 Oktober 1908, Budi Utomo mengadakan konggresnya yang pertama di Yogyakarta. Konggres ini berhasil menetapkan tujuan organisasi yaitu ; Kemajuan yang harmonis antara bangsa dan negara, terutama dalam memajukan pengajaran, pertanian, peternakan dan dagang, tehnik, industri serta kebudayaan. Sebagai ketua Pengurus Besar yang pertama terpilih R.T Tirtokusumo, Bupati Karanganyar sedangkan anggota-anggota Pengurus Besar pada umumnya pegawai pemerintahan atau mantan pegawai pemerintahan dengan pusat organisasi berada di Yogyakarta. Pengurus hasil konggres ini merupakan dewan pimpinan yang didominasi oleh para pejabat generasi tua yang mendukung pendidikan yang semakin luas dikalangan priyayi dan mendorong pengusaha Jawa.
Setelah cita-cita Budi Utomo mendapat dukungan semakin luas dikalangan cendekiawan Jawa maka para pelajar tersebut memberi kesempatan kepada golongan tua untuk memegang peranan yang lebih besar bagi gerakan ini. Ini dibuktikan dengan terpilihnya golongan tua sebagai pengurus dalam konggres Budi Utomo I di Yogyakarta. Ketua terpilih R.T Tirtokusumo, sebagai seorang bupati lebih memperhatikan reaksi dari pemerintah kolonial Belanda dibanding reaksi dari warga pribumi. Sebelumnya terjadi persaingan daalam konggres itu, disebabkan terdapat kelompok minoritas yang dipimpin dr.Cipto Mangunkusumo yang berusaha memperjuangan Budi Utomo berubah menjadi partai politik yang berjuang untuk mengangkat rakyast pada umumnya tidak terbatas hanya golongan priyayi dan kegiatannya meliputi seluruh Indonesiaa, tidak hanya Jawa dan Madura saja. Namun, pandangan dr. Cipto Mangunkusumo gagal mendapat dukungan bahkan pada tahun 1909, beliau mengundurkan diri dari Budi Utomo dan kemudian bergabung dengan Indische Partij.
Asas dan tujuan Budi Utomo adalah menyadarkan kedudukan Bangsa Jawa, Sunda, dan Madura pada diri sendiri dan berusaha mempertinggi akan kemajuan mata pencaharian serta penghidupan Bangsa disertai dengan jalan memperdalam keseniaan dan kebudayaan. Selain tujuannya yang lain adalah menjamin kehidupan sebagai Bangsa yang terhormat dengan menitik beratkan pada soal pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan atau secara samar-samar menyebutkan kemajuan bagi Bangsa Hindia dimana jangkuan geraknya terbatas pada Jawa dan Madura serta baru meluas untuk penduduk Hindia seluruhnya dengan tidak memperhatikan perbedaan keturunan, kelamin, dan agama. Jika dicermati dari pernyataan tersebut, maka secara tersirat nampak pada Budi Utomo yakni kehormatan Bangsa. Bangsa yang terhormat adalah Bangsa yang memiliki derajat yang sama dengan Bangsa lain. Karena Bangsa Indonesia pada waktu itu tidak terhormat karena dijajah Belanda.
Pada tahun 1928 Budi Utomo menambahkan suatu asas perjuangan yaitu “ikut berusaha melaksanakan cita-cita Bangsa Indonesia”. Sungguh suatu langkah maju, karena waktu itu gelora persatuan telah berkumandang di udara pergerakan kita. Disitu nampak bahwa Budi Utomo sedang berusaha memperluas ruang geraknya. Tidak hanya menuju kehidupan harmonis bagi Jawa dan Madura tetapi lebih luas lagi yakni bagi persatuan Indonesia. Walaupun pada awalnya Budi Utomo tidak berperan sebagai organisasi politik, namun dalam perjalanannya Budi Utomo berubah haluan ke arah politik. Hal ini terbukti pada tahun 1915 Budi Utomo ikut aktif dalam “Inlandsche Militie” dan waktu Volksraad dibentuk. Budi Utomo juga tergabung dalam“Radicale Concentratic” yakni persatuan aliran-aliran yang dicap kiri dalam Volksraad. Hal tersebut berdampak dikuranginya anggaran pendidikan Budi Utomo secara drastis oleh pemerintah. Situasi ini berakibat terjadinya perpecahan antara golongan radikal dan moderat di Budi Utomo.
Pada tahun 1924, dr.Sutomo yang tidak puas dengan Budi Utomo mendirikan Indonesische Studieclub di Surabaya. Penyebabnya adalah asaskebangsaan Jawa dari Budi Utomo sudah tidak relevan dengan perkembangan rasa kebangsaan yang menuju pada sifat nasional. Indonesische Studieclub pada perkembangannya menjadi Persatuan Bangsa Indonesia.
Pada tahun 1927, Budi Utomo masuk dalam PPPKI (Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia) yang dipelopori Ir.Sukarno. Meskipun demikian, Budi Utomo tetap eksis dengan asas kooperatifnya. Pada tahun 1928, Budi Utomo menambah asas perjuangannya yaitu:medewerking tot de verwezenlijking van de Indonesischeeenheidsgedachte (ikut berusaha untuk melaksanakan cita-cita persatuan Indonesia).Hal ini sebagai isyarat Budi Utomo menuju kehidupan yang lebih luas tidak hanya jawa dan Madura, namun meliputi seluruh Indonesia. Usaha ini diteruskan dengan mengadakan fusi (bergabung) dengan PBI (Persatuan Bangsa Indonesia) pimpinan dr.Sutomo. Fusi ini terjadi pada tahun 1935, hasil fusi melahirkan Parindra (Partai Indonesia Raya), sehingga berakhirlah riwayat Budi Utomo sebagai organisasi pergerakan pertama di Indonesia.

DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PROVINSI RIAU




DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PROVINSI RIAU

VISI

Terwujudnya Layanan Komunikasi dan Informatika yang handal dan terjangkau untuk mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien sehingga mampu meningkatkan daya saing dan kesejahteran bagi masyarakat Provinsi Riau

MISI

Misi Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Riau, antara lain:
  • Memperluas jangkauan layanan teknologi informasi ke seluruh masyarakat Provinsi Riau dengan membangun infrastruktur jaringan komunikasi dan informatika hingga ke perdesaan.
  • Mewujudkan manajemen penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance), efektif, efisien, professional, transparan dan akuntabel melalui komunikasi dan informatika.
  • Meningkatkan peran serta masyarakat dalam rangka mewujudkan informasi yang beretika dan bertanggung jawab.   klik Disini riau.go.id

Peringatan 100 Tahun Hari Kebangkitan Nasional



Peringatan 100 Tahun Hari Kebangkitan Nasional

Jakarta – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pada peringatan 100 Tahun Hari Kebangkitan Nasional di Stadion Utama Bung Karno, Senayan, Jakarta, Selasa (20/5) malam, mendeklarasikan: Indonesia Bisa! Pendeklarasian itu dilakukan Presiden di hadapan sekitar 80 ribu orang dari berbagai kalangan dan usia yang mengikuti dan terlibat langsung pada peringatan 100 Tahun Hari Kebangkitan Nasional, dan disiarkan langsung televisi nasional mulai pukul 19.00 WIB.

“Saya mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk menyatukan tekad, meneruskan pembangunan bangsa menuju Indonesia maju dan sejahtera abad 21. Tantangan yang kita hadapi untuk menjadi negara maju dan sejahtera akan masih berat dan kompleks, tetapi kita percaya dengan ridha Allah SWT dan dengan persatuan, kebersamaan, dan kerja keras kita semua, cita-cita ini bisa kita wujudkan dengan kemandian, daya saing, dan peradaban bangsa yang makin tinggi,” katanya. Menurut Presiden Yudhoyono, Indonesia bisa menjadi negara maju dan sejahtera. Oleh karena itu, pada hari yang bersejarah itu, ia mengajak masyarakat Indonesia menggelorakan “Indonesia bisa!” ” Indonesia?!” teriak Presiden. “Bisa…!” jawab masyarakat yang memadati Stadion Utama Senayan, Jakarta.

“Indonesia?!” kembali Presiden berteriak. “Bisa…!” jawab serempak puluhan ribu orang. Kembali, untuk ketiga kalinya Presiden meneriakan, “Indonesia?!” ” Bisa..!” “Terima kasih,” kata Presiden mengakhiri ” Deklarasi Bisa!” Slogan ” Indonesia Bisa!” diluncurkan sebagai awal pencanangan Kebangkitan Indonesia. Slogan “Indonesia Bisa!” diluncurkan bersamaan dengan logo 100 Tahun Kebangkitan Nasional bergambar angka 100 dan tiga bendera merah putih serta tulisan “Indonesia Bisa!” Tiga bendera melambangkan tiga visi dan misi. Visinya meningkatkan kesadaran berbangsa, menguatkan jati diri, dan bergerak menuju bangsa maju di dunia. Misinya menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran dan semangat juang masyarakat. Memperkuat kepribadian bangsa, memperkokoh nilai-nilai budaya bangsa, mempertebal rasa harga diri dan kebanggaan nasional. Mempertebal jiwa persatuan dan kesatuan bangsa dalam mewujudkan Indonesia yang damai, adil, dan demokratis. Huruf Indonesia berwarna merah melambangkan tekad dan keberanian. Huruf Bisa berwarna hitam melambangkan ketegasan.

Sebelum mendeklarasikan “Indonesia Bisa!”, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Negara Ny Ani Yudhoyono dan Wakil Presiden MH Jusuf Kalla bersama istri Ny Ida Jusuf Kalla, menyaksikan berbagai atraksi dan pertunjukan kolosal dari sekitar 30 ribu pendukung acara, mulai dari nyanyian Indonesia Raya oleh Edo Kondologit, terjun payung, drum band, nyanyian oleh DI3VA, Agnes Monica, Harmoni Nusantara, Tarian Saman, Perkusi Nusantara, Tarian dan Nyanyian Nusantara, hingga atraksi beladiri oleh TNI dan Polri, atraksi 1.000 pesilat, dan reog Ponorogo. Edo Kondologit kemudian menyanyikan lagu Indonesia Pusaka, dilanjutkan tarian para pelajar, dan barisan 28 anak-anak Indonesia berprestasi dunia di bidang olimpiade fisika, matematika, astronomi, juara catur dunia SD. Dua anak berprestasi dunia kemudian melewati suatu jembatan menuju mimbar kehormatan, untuk menerima penyerahan obor dari Presiden.

​Obor kemudian dibawa berlari-lari kecil sepasang pelajar itu menuju tempat untuk menyalakan obor yang akan terus hidup di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Pada peringatan 100 Tahun Hari Kebangkitan Nasional itu, menjelang Presiden membacakan Deklarasi “Indonesia Bisa!” , juga diperdengarkan lagu “Majulah Negeriku” ciptaan Susilo Bambang Yudhoyono, yang syairnya dikarang khusus pekan ini untuk memperingati hari lahirnya organisasi Boedi Otomo pada 20 Mei 1908. 

Presiden: Jangan Pernah Merasa Jadi Bangsa Kecil



Presiden: Jangan Pernah Merasa Jadi Bangsa Kecil
Jakarta – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengingatkan kepada rakyat Indonesia agar jangan pernah merasa menjadi bangsa kecil. Rakyat Indonesia harus berpikiran besar sehingga bisa menghasilkan karya besar. Dalam pidatonya pada peringatan Hari Kebangkitan Nasional di SCTV Tower, Jakarta, Rabu, Presiden mengatakan dengan berpikiran seperti bangsa kecil maka Indonesia tidak akan pernah menjadi bangsa besar. “Kita tidak boleh merasa menjadi bangsa kecil, karena dengan begitu tidak pernah menjadi bangsa besar,” ujarnya.

Pada peringatan 101 tahun kebangkitan nasional itu, Presiden juga mengatakan tidak ada alasan Indonesia tidak bisa menjadi negara maju di abad ke-21. Peresmian televisi digital yang disiarkan oleh konsorsium beberapa televisi swasta pada acara peringatan itu, menurut Presiden, dapat menjadi pertanda bahwa Indonesia sudah memasuki era baru teknologi. Selain itu, Presiden juga menyebutkan beberapa peristiwa yang ia sebut tonggak sejarah yang menandakan bahwa Indonesia sudah memiliki modal untuk menjadi negara maju dan berbudaya unggul. Di antaranya adalah kesuksesan Indonesia menjadi tuan rumah konferensi PBB untuk perubahan iklim dan konferensi kelautan dunia, sehingga Indonesia telah ambil bagian dalam upaya dunia mengatasi masalah lingkungan akibat perubahan iklim.Presiden juga menyebutkan beberapa prestasi yang diraih Indonesia, yaitu Indonesia berhasil mengatasi krisis pangan dan energi serta bisa mempertahankan pertumbuhan ekonomi positif di tengah kondisi krisis keuangan global.

Peringatan 101 tahun kebangkitan nasional ditandai dengan peresmian televisi digital oleh konsorsium beberapa stasiun televisi, peresmian pelayanan saluran telepon desa, serta pencanangan kembali gerakan Aku Cinta Indonesia. Menurut Menteri Komunikasi dan Informatika, M Nuh, saat ini masih ada sekitar 31 ribu desa di Indonesia yang belum tersentuh layanan informasi. Namun, pada Juni 2010 melalui program pembangunan teknologi informasi yang dilakukan pemerintah, M Nuh mengatakan, 31 ribu desa itu sudah mendapatkan layanan komunikasi termasuk sambungan internet. Pada peringatan Hari Kebangkitan Nasional, Presiden Yudhoyono melakukan dialog interaktif melalui telekonferensi dengan masyarakat di empat daerah, yaitu di Desa Ubrub Papua, Desa Adaud, Maluku Tenggara Barat, Desa Sakatak Buji Kalimantan Timur, dan Desa Ranupani, Lumajang, Jawa Timur.

Masyarakat di empat desa itu antara lain meminta pemerintah untuk menambah saluran komunikasi di pedalaman, perbaikan dan penambahan ruas jalan, serta penambahan daya listrik. Selain itu, Presiden juga melakukan dialog dengan masyarakat Indonesia yang berada di Tokyo, Jepang, dan di Den Haag, Belanda. (Antaranews)

Puncak Peringatan Hardiknas dan Harkitnas Tahun 2011


Puncak Peringatan 

Jakarta – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Ibu Hj. Ani Bambang Yudhoyono menghadiri Puncak Peringatan Hari Pendidikan Nasional dan Hari Kebangkitan Nasional 2011 di Hall D, JI-Expo Kemayoran, Jakarta Pusat, Jumat (20/5) malam. Acara yang tahun ini mengambil tema “Pendidikan Karakter Sebagai Pilar Kebangkitan Bangsa” tersebut dihadiri pula oleh Wapres Boediono dan Ibu Herawati Boediono.
Mendiknas M. Nuh dalam laporannya mengatakan bahwa puncak peringatan Hari Pendidikan Nasional digabungkan dengan puncak peringatan Hari Kebangkitan Nasional karena keduanya berkaitan erat. “Kalau bangsa ini ingin maju, bangsa ini ingin bangkit, maka kualitas sumber daya manusianya menjadi kata kunci,” kata M. Nuh.
Sementara itu, Presiden SBY mengutip kalimat tokoh besar Aristoteles dalam sambutannya. “Keunggulan manusia terletak pada kehebatan berpikir dan kehebatan karakter. Sasaran pendidikan bukan hanya kepintaran, kecerdasan, ilmu, dan pengetahuan, tetapi juga moral, budi pekerti, watak, nilai, perilaku, mental dan kepribadian yang tangguh, yang unggul, dan yang mulia,” Presiden SBY menegaskan.
Acara puncak peringatan itu dihadiri kurang lebih 3000 orang yang terdiri dari pengajar, siswa, dan juga mahasiswa dari seluruh Indonesia. Berbagai hiburan senipun telah dipersiapkan oleh panitia acara, paduan suara, seni tari, dan juga penampilan dari penyanyi muda Andien, serta pembacaan narasi oleh Dewi Yull.
Di akhir acara, Ibu Ani menyerahkan karangan bunga kepada perwakilan pengisi acara, artis cilik Putri Ayu. Hadir pada Puncak Peringatan Hari Pendidikan Nasional dan Hari Kebangkitan Nasional 2011 antara lain, Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Menlu Marty Natalegawa, Menteri PAN E.E Mangindaan, Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Mohammad, dan Menteri BUMN Mustafa Abu Bakar.

Sambut Harkitnas tahun 2013, Presiden Ajak Kaum Muda Hadapi Abad 21 dengan Optimisme



Sambut Harkitnas tahun 2013, Presiden Ajak Kaum Muda Hadapi Abad 21 dengan Optimisme


Jakarta – Menyambut peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) ke-105, Senin (20/5) ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengajak kaum muda untuk bangkit menyongsong abad 21 dengan optimisme, bahwa seluruh bangsa Indonesia mampu menyongsong abad 21 menghadapi tantangan-tantangannya.
“Kebangkitan nasional era kini adalah kebangkitan kaum muda songsong abad 21. Kita harus bisa! #IndonesiaBisa,” demikian tulis Presiden SBY melalui akun twitternya @SBYudhoyono, Senin (20/5) pagi.
Presiden SBY menegaskan logo peringatan ke 105-tahun Hari Kebangkitan Nasional 2013 adalah “105 Tahun Kebangkitan Nasional. Indonesia Bisa!”.
Sementara itu di Kompleks Istana Kepresidenan sendiri berlangsung Upacara Peringatan Hari Kebangkitan Nasional yang dipimpin oleh Sekretaris Menteri Sekretaris Negara Lambok V. Nahattands, sebagai inspektur upacara.
Upacara bendera meliputi pengibaran Bendera Sang Saka Merah Putih, menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, mengheningkan Cipta, pembacaan Pancasila, Pembukaan UUD 1945, dan dilanjutkan pembacaan naskah pidato Menteri Komunikasi dan Informatika menyambut 105 Tahun Peringatan Hari Kebangkitan Nasional oleh Inspektur Upacara.

Hari Kebangkitan Nasional ke-105 Tahun 2013 bertema “Dengan Semangat Kebangkitan Nasional, Kita Wujudkan Demokrasi Berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 Menuju Indonesia Yang Manu dan Modern Dalam Bingkai NKRI”. Slogannya Indonesia Jaya, Indonesia Maju dan Modern.
 
Back To Top